Rabu, 19 Mei 2010

Di Changi Belanja Emas dan Barang Seni Bebas Pajak

kompas.com, Selasa 18 Mei 2010

SINGAPURA - Anda gemar belanja emas dan barang seni? Kini Bandara Changi di Singapura membuka tempat khusus bagi pembelian dan penyimpanan barang-barang berharga dan karya seni. Langkah Bandara Changi ini mengikuti Hongkong dan Beijing.


Pengunjung yang berbelanja di tempat ini akan menikmati kebebasan membayar pajak dan pengisian formulir pabean. Selain itu juga tersedia tempat penyimpanan barang berharga dengan jaminan keamanan yang andal. Tempat penyimpanan ini terbuka bagi warga negara asing nonpenduduk.

Pasar yang memiliki luas sekitar 30.000 meter persegi ini dikelola oleh The Singapore Freeport Pte. Letaknya berada di areal Bandara Changi sehingga keamanannya pun mengikuti standar keamanan bandara internasional.

"Inilah negara yang memberikan fasilitas bagi barang seni, " kata Francois Curiel, Presiden Cristie's Asia. Cristie's ikut menyewa tempat untuk membuka gerai di pasar ini. Pembukaan gerai Cristie's ini untuk memberikan fasilitas bagi klien mereka yang ada di kawasan Asia. "Singapura akan menjadi pusat seni yang penting," katanya.

Beberapa perusahaan ikut andil menjadi pemegang saham dalam proyek yang meniru pelabuhan bebas di Swiss. Singapura National Arts Council dan National Heritage Board turut serta dalam proyek ini sebagai peran pemerintah yang ingin mendorong pertumbuhan bisnis seni dan hiburan di negeri merlion.

Pemerintah Singapura telah menanamkan investasi mereka sekitar 1 miliar dollar AS dalam satu dekade terakhir. Dana itu digunakan untuk membangun fasilitas seni, seperti museum gedung konser dan tempat pameran.

"Pasar seni di Asia berkembang cepat seiring pertumbuhan ekonomi di kawasan ini," kata Alain Vandenborre, presiden dan koordinator pendanaan proyek, bersama dengan Yves Bouvier, kepala bagian pengapalan barang seni Natural Le Coultre yang berbasis di Geneva. "Singapura mungkin satu-satunya negara yang menawarkan tempat seperti Swiss, yaitu kondisi perekonomian stabil, netral, dan aman," kata Bouvier.

Dalam areal "pasar seni" Freeport, akan digelar aneka barang seni rupa, perhiasan, jam tangan, berlian, logam mulia barang antik, mobil dengan seri khusus, anggur, cerutu, karpet, dan dokumen rahasia. Pengelola mengklaim space di lokasi ini sudah terjual hingga 98 persen kepada penyewa. Karena itu, pengelola berencana untuk menambah hingga 25.000 meter persegi lagi. "Sebagian di antaranya sudah siap untuk dipesan," kata Vandenborre.

"Freeport Singapura ini menjadi mata rantai emas dalam mempromosikan negeri ini sebagai pusat seni kebudayaan dan barang antik baik untuk penyimpanan dan penjualan bagi barang yang bernilai tinggi," kata Tomy Koh, Ketua National Heritage Board, yang mengoperasikan museum di Singapura.

Dalam situs web Freeport disebutkan, kolektor yang bekerja di toko akan diperbolehkan untuk memamerkan produk mereka di museum kota tanpa harus membayar pajak ataupun mengisi dokumen pabean.

Bangunan dan sistem keamanan dari bangunan Freeport dirancang oleh arsitek Swiss, Benedicte Montan dan Vamelo Stendardo, termasuk desain hemat energi untuk struktur isolasi termal dan dinding yang tertutup secara vetasi untuk membantu agar suhu ruangan tidak terlalu lembab. Sementara desain lobi didominasi oleh struktur kisi sehingga terkesan luas dan dihiasi oleh patung karya Ron Arad.

"Ini seperti Fort Knox," kata Lorenzo Rudolf, mantan Direktur Art Basel yang juga menjadi penyelenggara pergelaran seni internasional di Singapura Januari silam.

Balai lelang Cristie's menyewa sekitar 40 persen tempat ini. Mereka menyewa tempat yang luas itu untuk memperluas bisnis mereka di kawasan Asia, khususnya klien individu. Presiden Cristie's Asia Francois Curiel bilang, The Singapore Freeport ini akan menjadi suplemen bagi Cristie's Fine Art Storage Services yang ada di London dan satu tempat yang baru dibuka di New York Maret lalu.

"Pemerintah Singapura sangat pintar dan menyadari dengan perkembangan di China. Mereka menjadikan Singapura sebagai hub seni bagi Asia dan Singapura yang mulai keluar, jadi mereka mengunci dunia dengan membuat model Geneva Freeport, " kata Curiel. "Ini kesempatan bagi Singapura untuk kembali bersaing dengan Hongkong dan Beijing sebagai pusat seni di Asia."

Cristie's dan Sotheby's

Balai lelang Cristie's telah menghentikan lelang di Singapura sejak 2002. Mereka mengalihkan tempat ke Hongkong untuk penjualan di Asia Tenggara. Langkah serupa diambil oleh balai lelang Sotheby's pada 2008.

"Dalam waktu dekat, Singapura belum mampu bersaing dengan Hongkong sebagai pusat seni karena butuh waktu untuk membangun ini," kata kolektor yang juga Chief Executive My Humble Art Space Michael Wang. "Tetapi dengan memulai ini, Singapura belum terlambat," katanya. (Syamsul Ashar/Kontan)

Tidak ada komentar: